Text

More Text

banner

Postingan Populer

Banner

Recent Posts

Blogroll

Banner

Definition List

free counters

Pages

Banner

Cara Buat Buku Tamu disini

widget by Klinik-it

Popular Posts

Followers

Entri Populer

Rabu, 07 Maret 2012

Cinta Butuh Kesabaran


Cinta itu butuh kesabaran...
Sampai dimanakah kita harus bersabar menanti cinta kita???
Hari itu.. aku dengannya berkomitmen untuk menjaga cinta kita..
Aku menjadi perempuan yg paling bahagia.....
Pernikahan kami sederhana namun meriah.....
Ia menjadi pria yang sangat romantis pada waktu itu.
Aku bersyukur menikah dengan seorang pria yang shaleh, pintar, tampan & mapan pula.
Ketika kami berpacaran dia sudah sukses dalam karirnya.
Kami akan berbulan madu di tanah suci, itu janjinya ketika kami berpacaran dulu..
Dan setelah menikah, aku mengajaknya untuk umroh ke tanah suci....
Aku sangat bahagia dengannya, dan dianya juga sangat memanjakan aku... sangat terlihat dari rasa cinta dan rasa sayangnya pada ku.
Banyakorang yang bilang kami adalah pasangan yang serasi. Sangat terlihatsekali bagaimana suamiku memanjakanku. Dan aku bahagia menikahdengannya.
***
Lima tahun berlalu sudah kami menjadisuami istri, sangat tak terasa waktu begitu cepat berjalan walaupunkami hanya hidup berdua saja karena sampai saat ini aku belum bisamemberikannya seorang malaikat kecil (bayi) di tengah keharmonisanrumah tangga kami.
Karena dia anak lelaki satu-satunya dalam keluarganya, jadi aku harus berusaha untuk mendapatkan penerus generasi baginya.
Alhamdulillah saat itu suamiku mendukungku...
Ia mengaggap Allah belum mempercayai kami untuk menjaga titipan-NYA.
Tapikeluarganya mulai resah. Dari awal kami menikah, ibu & adiknyatidak menyukaiku. Aku sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkandari mereka, namun aku selalu berusaha menutupi hal itu dari suamiku...
Didepan suami ku mereka berlaku sangat baik padaku, tapi dibelakang suami ku, aku dihina-hina oleh mereka...
Pernahsuatu ketika satu tahun usia pernikahan kami, suamiku mengalamikecelakaan, mobilnya hancur. Alhamdulillah suami ku selamat dari mautyang hampir membuat ku menjadi seorang janda itu.
Ia dirawatdirumah sakit pada saat dia belum sadarkan diri setelah kecelakaan. Akuselalu menemaninya siang & malam sambil kubacakan ayat-ayat suci Al– Qur'an. Aku sibuk bolak-balik dari rumah sakit dan dari tempat akumelakukan aktivitas sosial ku, aku sibuk mengurus suamiku yang sakitkarena kecelakaan.
Namun saat ketika aku kembali ke rumah sakitsetelah dari rumah kami, aku melihat di dalam kamarnya ada ibu,adik-adiknya dan teman-teman suamiku, dan disaat itu juga.. aku melihatada seorang wanita yang sangat akrab mengobrol dengan ibu mertuaku.Mereka tertawa menghibur suamiku.
Alhamdulillah suamiku ternyatasudah sadar, aku menangis ketika melihat suami ku sudah sadar, tapi akutak boleh sedih di hadapannya.
Kubuka pintu yang tertutup rapatitu sambil mengatakan, "Assalammu'alaikum" dan mereka menjawab salamku. Aku berdiam sejenak di depan pintu dan mereka semua melihatku.Suamiku menatapku penuh manja, mungkin ia kangen padaku karena sudah 5hari mata nya selalu tertutup.
Tangannya melambai,mengisyaratkan aku untuk memegang tangannya erat. Setelah akumenghampirinya, kucium tangannya sambil berkata "Assalammu'alaikum", iapun menjawab salam ku dengan suaranya yg lirih namun penuh dengancinta. Aku pun senyum melihat wajahnya.
Lalu.. Ibu nya berbicara denganku ...
"Fis, kenalkan ini Desi teman Fikri".
Akuteringat cerita dari suamiku bahwa teman baiknya pernah mencintainya,perempuan itu bernama Desi dan dia sangat akrab dengan keluargasuamiku. Hingga akhirnya aku bertemu dengan orangnya juga. Aku punlangsung berjabat tangan dengannya, tak banyak aku bicara di dalamruangan tersebut,aku tak mengerti apa yg mereka bicarakan.
Akusibuk membersihkan & mengobati luka-luka di kepala suamiku, barusebentar aku membersihkan mukanya, tiba-tiba adik ipar ku yang bernamaDian mengajakku keluar, ia minta ditemani ke kantin. Dan suamiku punmengijinkannya. Kemudian aku pun menemaninya.
Tapi ketika di luar adik ipar ku berkata, "lebih baik kau pulang saja, adakami yg menjaga abang disini. Kau istirahat saja. "
Anehnya,aku tak diperbolehkan berpamitan dengan suamiku dengan alasan abangharus banyak beristirahat dan karena psikologisnya masih labil. Akuberdebat dengannya mempertanyakan mengapa aku tidak diizinkanberpamitan dengan suamiku. Tapi tiba-tiba ibu mertuaku datangmenghampiriku dan ia juga mengatakan hal yang sama. Nantinya dia akanmemberi alasan pada suamiku mengapa aku pulang tak berpamitan padanya,toh suamiku selalu menurut apa kata ibunya, baik ibunya salah ataupuntidak, suamiku tetap saja membenarkannya. Akhirnya aku pun pergimeninggalkan rumah sakit itu dengan linangan air mata.
Sejaksaat itu aku tidak pernah diijinkan menjenguk suamiku sampai ia kembalidari rumah sakit. Dan aku hanya bisa menangis dalam kesendirianku.Menangis mengapa mereka sangat membenciku.
***
Hari itu.. aku menangis tanpa sebab, yang ada di benakku aku takut kehilangannya, aku takut cintanya dibagi dengan yang lain.
Pagiitu, pada saat aku membersihkan pekarangan rumah kami, suamikumemanggil ku ke taman belakang, ia baru aja selesai sarapan, iamengajakku duduk di ayunan favorit kami sambil melihat ikan-ikan yangbertaburan di kolam air mancur itu.
Aku bertanya, "Ada apa kamu memanggilku?"
Ia berkata, "Besok aku akan menjenguk keluargaku di Sabang"
Aku menjawab, "Ia sayang.. aku tahu, aku sudah mengemasi barang-barang kamu di travel bag dan kamu sudah memeegang tiket bukan?"
"Yatapi aku tak akan lama disana, cuma 3 minggu aku disana, aku juga sudahlama tidak bertemu dengan keluarga besarku sejak kita menikah dan akuakan pulang dengan mama ku", jawabnya tegas.
"Mengapa barusekarang bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamu disana?", tanya kubalik kepadanya penuh dengan rasa penasaran dan sedikit rasa kecewakarena ia baru memberitahukan rencana kepulanggannya itu, padahal akutelah bersusah payah mencarikan tiket pesawat untuknya.
"Mama minta aku yang menemaninya saat pulang nanti", jawabnya tegas.
"Sekarangaku ingin seharian dengan kamu karena nanti kita 3 minggu tidakbertemu, ya kan?", lanjut nya lagi sambil memelukku dan menciumkeningku. Hatiku sedih dengan keputusannya, tapi tak boleh akutunjukkan pada nya.
Bahagianya aku dimanja dengan suami yangpenuh dengan rasa sayang & cintanya walau terkadang ia bersikapkurang adil terhadapku.
Aku hanya bisa tersenyum saja, padahalaku ingin bersama suamiku, tapi karena keluarganya tidak menyukaikuhanya karena mereka cemburu padaku karena suamiku sangat sayang padaku.
Kemudian aku memutuskan agar ia saja yg pergi dan kami juga harus berhemat dalam pengeluaran anggaran rumah tangga kami.
Karenaini acara sakral bagi keluarganya, jadi seluruh keluarganya haruskomplit. Walaupun begitu, aku pun tetap tak akan diperdulikan olehkeluarganya harus datang ataupun tidak. Tidak hadir justru membuatmereka sangat senang dan aku pun tak mau membuat riuh keluarga ini.
Malamsebelum kepergiannya, aku menangis sambil membereskan keperluan yangakan dibawanya ke Sabang, ia menatapku dan menghapus airmata yang jatuhdipipiku, lalu aku peluk erat dirinya. Hati ini bergumam tak merelakandia pergi seakan terjadi sesuatu, tapi aku tidak tahu apa yang akanterjadi. Aku hanya bisa menangis karena akan ditinggal pergi olehnya.
Aku tidak pernah ditinggal pergi selama ini, karena kami selalu bersama-sama kemana pun ia pergi.
Apa mungkin aku sedih karena aku sendirian dan tidak memiliki teman, karena biasanya hanya pembantu sajalah teman mengobrolku.
Hati ini sedih akan di tinggal pergi olehnya.
Sampaikeesokan harinya, aku terus menangis.. menangisi kepergiannya. Aku taktahu mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku tak bolehberburuk sangka. Aku harus percaya apada suamiku. Dia pasti akan selalumenelponku.
***
Berjauhan dengan suamiku, aku merasasangat tidak nyaman, aku merasa sendiri. Untunglah aku mempunyaikesibukan sebagai seorang aktivis, jadinya aku tak terlalu kesepianditinggal pergi ke Sabang.
Saat kami berhubungan jarak jauh,komunikasi kami memburuk dan aku pun jatuh sakit. Rahimku terasa sakitsekali seperti di lilit oleh tali. Tak tahan aku menahan rasa sakitdirahimku ini, sampai-sampai aku mengalami pendarahan. Aku dilarikan kerumah sakit oleh adik laki-lakiku yang kebetulan menemaniku disana.Dokter memvonis aku terkena kanker mulut rahim stadium 3.
Aku menangis.. apa yang bisa aku banggakan lagi..
Mertuakuakan semakin menghinaku, suamiku yang malang yang selalu berharap akanpunya keturunan dari rahimku.. namun aku tak bisa memberikannyaketurunan. Dan kemudian aku hanya bisa memeluk adikku.
Aku kangen pada suamiku, aku selalu menunggu ia pulang dan bertanya-tanya, "kapankah ia segera pulang?" aku tak tahu..
Sementarasuamiku disana, aku tidak tahu mengapa ia selalu marah-marah jikamenelponku. Bagaimana aku akan menceritakan kondisiku jika ia selalumarah-marah terhadapku..
Lebih baik aku tutupi dulu tetang hal ini dan aku juga tak mau membuatnya khawatir selama ia berada di Sabang.
Lebihbaik nanti saja ketika ia sudah pulang dari Sabang, aku akan ceritapadanya. Setiap hari aku menanti suamiku pulang, hari demi hari akuhitung...
Sudah 3 minggu suamiku di Sabang, malam itu ketika akusedang melihat foto-foto kami, ponselku berbunyi menandakan ada smsyang masuk.
Kubuka di inbox ponselku, ternyata dari suamiku yang sms.
Ia menulis, "aku sudah beli tiket untuk pulang, aku pulangnya satu hari lagi, aku akan kabarin lagi".
Hanyaitu saja yang diinfokannya. Aku ingin marah, tapi aku pendam saja egoyang tidak baik ini. Hari yg aku tunggu pun tiba, aku menantinya dirumah.
Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yang cantik danmemakai parfum kesukaannya untuk menyambut suamiku pulang, dan nantinyaaku juga akan menyelesaikan masalah komunikasi kami yg burukakhir-akhir ini.
Bel pun berbunyi, kubukakan pintu untuknya dania pun mengucap salam. Sebelum masuk, aku pegang tangannya kedepanteras namun ia tetap berdiri, aku membungkuk untuk melepaskan sepatu,kaos kaki dan kucuci kedua kakinya, aku tak mau ada syaithan yang masukke dalam rumah kami.
Setelah itu akupun berdiri langsung mencium tangannya tapi apa reaksinya..
MasyaAllah.. ia tidak mencium keningku, ia hanya diam dan langsung naikkeruangan atas, kemudian mandi dan tidur tanpa bertanya kabarku..
Akuhanya berpikir, mungkin dia capek. Aku pun segera merapikan bawaan nyasampai aku pun tertidur. Malam menunjukkan 1/3 malam, mengingatkan akupada tempat mengadu yaitu Allah, Sang Maha Pencipta.
Biasa nyakami selalu berjama'ah, tapi karena melihat nya tidur sangat pulas, akutak tega membangunkannya. Aku hanya mengeelus wajahnya dan aku ciumkeningnya, lalu aku sholat tahajud 8 rakaat plus witir 3 raka'at.
***
Akumendengar suara mobilnya, aku terbangun lalu aku melihat dirinya daribalkon kamar kami yang bersiap-siap untuk pergi. Lalu aku memanggilnyatapi ia tak mendengar. Kemudian aku ambil jilbabku dan aku berlari dariatas ke bawah tanpa memperdulikan darah yg bercecer dari rahimku untukmengejarnya tapi ia begitu cepat pergi.
Aku merasa ada yang aneh dengan suamiku. Ada apa dengan suamiku? Mengapa ia bersikap tidak biasa terhadapku?
Akutidak bisa diam begitu saja, firasatku mengatakan ada sesuatu. Saat itujuga aku langsung menelpon kerumah mertuakudan kebetulan Dian yangmengangkat telponnya, aku bercerita dan aku bertanya apa yang sedangterjadi dengan suamiku. Dengan enteng ia menjawab, "Loe pikir ajasendiri!!!". Telpon pun langsung terputus.
Ada apa ini? Tanyahatiku penuh dalam kecemasan. Mengapa suamiku berubah setelah iakembali dari kota kelahirannya. Mengapa ia tak mau berbicara padaku,apalagi memanjakan aku.
Semakin hari ia menjadi orang yangpendiam, seakan ia telah melepas tanggung jawabnya sebagai seorangsuami. Kami hanya berbicara seperlunya saja, aku selalu diintrogasinya.Selalu bertanya aku dari mana dan mengapa pulang terlambat dan iabertanya dengan nada yg keras. Suamiku telah berubah.
Bahkanyang membuat ku kaget, aku pernah dituduhnya berzina dengan mantanpacarku. Ingin rasanya aku menampar suamiku yang telah menuduhkuserendah itu, tapi aku selalu ingat.. sebagaimana pun salahnya seorangsuami, status suami tetap di atas para istri, itu pedoman yang akupegang.
Aku hanya berdo'a semoga suamiku sadar akan prilakunya.
***
Duatahun berlalu, suamiku tak kunjung berubah juga. Aku menangis setiapmalam, lelah menanti seperti ini, kami seperti orang asing yang barusaja berkenalan.
Kemesraan yang kami ciptakan dulu telah sirna.Walaupun kondisinya tetap seperti itu, aku tetap merawatnya &menyiakan segala yang ia perlukan. Penyakitkupun masih aku simpandengan baik dan sekalipun ia tak pernah bertanya perihal obat apa yangaku minum. Kebahagiaan ku telah sirna, harapan menjadi ibu pun telahaku pendam. Aku tak tahu kapan ini semua akan berakhir.
Bersyukurlah..aku punya penghasilan sendiri dari aktifitasku sebagai seorang gurungaji, jadi aku tak perlu meminta uang padanya hanya untuk pengobatankankerku. Aku pun hanya berobat semampuku.
Sungguh.. suami yangdulu aku puja dan aku banggakan, sekarang telah menjadi orang asingbagiku, setiap aku bertanya ia selalu menyuruhku untuk berpikirsendiri. Tiba-tiba saja malam itu setelah makan malam usai, suamikumemanggilku.
"Ya, ada apa Yah!" sahutku dengan memanggil nama kesayangannya "Ayah".
"Lusa kita siap-siap ke Sabang ya." Jawabnya tegas.
"Ada apa? Mengapa?", sahutku penuh dengan keheranan.
Astaghfirullah..suami ku yang dulu lembut tiba-tiba saja menjadi kasar, diamembentakku. Sehingga tak ada lagi kelanjutan diskusi antara kami.
Dia mengatakan "Kau ikut saja jangan banyak tanya!!"
Laluaku pun bersegera mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke Sabangsambil menangis, sedih karena suamiku kini tak ku kenal lagi.
Duatahun pacaran, lima tahun kami menikah dan sudah 2 tahun pula iamenjadi orang asing buatku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangat penuhcinta yang dihiasi foto pernikahan kami, sekarang menjadi dingin..sangat dingin dari batu es. Aku menangis dengan kebingungan ini. Inginrasanya aku berontak berteriak, tapi aku tak bisa.
Suamiku taksuka dengan wanita yang kasar, ngomong dengan nada tinggi, sukamembanting barang-barang. Dia bilang perbuatan itu menunjukkan sikapketidakhormatan kepadanya. Aku hanya bisa bersabar menantinya bicaradan sabar mengobati penyakitku ini, dalam kesendirianku..
***
Kamitelah sampai di Sabang, aku masih merasa lelah karena semalaman akutidak tidur karena terus berpikir. Keluarga besarnya juga telahberkumpul disana, termasuk ibu & adik-adiknya. Aku tidak tahu adaacara apa ini..
Aku dan suamiku pun masuk ke kamar kami. Suamikutak betah didalam kamar tua itu, ia pun langsung keluar bergabungdengan keluarga besarnya.
Baru saja aku membongkar koper kamidan ingin memasukkannya ke dalam lemari tua yg berada di dekat pintukamar, lemari tua yang telah ada sebelum suamiku lahir tiba-tiba TanteLia, tante yang sangat baik padaku memanggil ku untuk bersegeraberkumpul diruang tengah, aku pun menuju ke ruang keluarga yang beradaditengah rumah besar itu, yang tampak seperti rumah zaman peninggalanbelanda.
Kemudian aku duduk disamping suamiku, dan suamiku menunduk penuh dengan kebisuan, aku tak berani bertanya padanya.
Tiba-tiba saja neneknya, orang yang dianggap paling tua dan paling berhak atas semuanya, membuka pembicaraan.
"Baiklah,karena kalian telah berkumpul, nenek ingin bicara dengan kau Fisha".Neneknya berbicara sangat tegas, dengan sorot mata yang tajam.
"Ada apa ya Nek?" sahutku dengan penuh tanya..
Nenekpun menjawab, "Kau telah bergabung dengan keluarga kami hampir 8 tahun,sampai saat ini kami tak melihat tanda-tanda kehamilan yang sempurnasebab selama ini kau selalu keguguran!!".
Aku menangis.. untuk inikah aku diundang kemari? Untuk dihina ataukah dipisahkan dengan suamiku?
"Sebenarnyakami sudah punya calon untuk Fikri, dari dulu.. sebelum kau menikahdengannya. Tapi Fikri anak yang keras kepala, tak mau di atur,danakhirnya menikahlah ia dengan kau." Neneknya berbicara sangat lantang,mungkin logat orang Sabang seperti itu semua.
Aku hanya bisa tersenyum dan melihat wajah suamiku yang kosong matanya.
"Dan aku dengar dari ibu mertuamu kau pun sudah berkenalan dengannya", neneknya masih melanjutkan pembicaraan itu.
Sedangkansuamiku hanya terdiam saja, tapi aku lihat air matanya. Ingin aku peluksuamiku agar ia kuat dengan semua ini, tapi aku tak punya keberanianitu.
Neneknya masih saja berbicara panjang lebar dan yangterakhir dari ucapannya dengan mimik wajah yang sangat menantangkemudian berkata, "kau maunya gimana? kau dimadu atau diceraikan?"
MasyaAllah..kuatkan hati ini.. aku ingin jatuh pingsan. Hati ini seakan remukmendengarnya, hancur hatiku. Mengapa keluarganya bersikap seperti initerhadapku..
Aku selalu munutupi masalah ini dari kedua orang tuaku yang tinggal di pulaukayu, mereka mengira aku sangat bahagia 2 tahun belakangan ini.
"Fish, jawab!." Dengan tegas Ibunya langsung memintaku untuk menjawab.
Aku langsung memegang tangan suamiku. Dengan tangan yang dingin dan gemetar aku menjawab dengan tegas.
"Walaupunaku tidak bisa berdiskusi dulu dengan imamku, tapi aku dapat berdiskusidengannya melalui bathiniah, untuk kebaikan dan masa depan keluargaini, aku akan menyambut baik seorang wanita baru dirumah kami."
Ituyang aku jawab, dengan kata lain aku rela cintaku dibagi. Dan pada saatitu juga suamiku memandangku dengan tetesan air mata, tapi air matakutak sedikit pun menetes di hadapan mereka.
Aku lalu bertanya kepada suamiku, "Ayah siapakah yang akan menjadi sahabatku dirumah kita nanti, yah?"
Suamiku menjawab, "Dia Desi!"
Akupun langsung menarik napas dan langsung berbicara, "Kapan pernikahannyaberlangsung? Apa yang harus saya siapkan dalam pernikahan ini Nek?."
Ayah mertuaku menjawab, "Pernikahannya 2 minggu lagi."
"Baiklahkalo begitu saya akan menelpon pembantu di rumah, untuk menyuruhnyamengurus KK kami ke kelurahan besok", setelah berbicara seperti itu akupermisi untuk pamit ke kamar.
Tak tahan lagi.. air mata ini akanturun, aku berjalan sangat cepat, aku buka pintu kamar dan aku langsungduduk di tempat tidur. Ingin berteriak, tapi aku sendiri disini. Takkuat rasanya menerima hal ini, cintaku telah dibagi. Sakit. Diiringiakutnya penyakitku..
Apakah karena ini suamiku menjadi orang yang asing selama 2 tahun belakangan ini?
Aku berjalan menuju ke meja rias, kubuka jilbabku, aku bercermin sambil bertanya-tanya, "sudah tidak cantikkah aku ini?"
Kuambil sisirku, aku menyisiri rambutku yang setiap hari rontok. Kulihatwajahku, ternyata aku memang sudah tidak cantik lagi, rambutku sudahhampir habis.. kepalaku sudah botak dibagian tengahnya.
Tiba-tibapintu kamar ini terbuka, ternyata suamiku yang datang, ia berdiridibelakangku. Tak kuhapus air mata ini, aku bersegera memandangnya daricermin meja rias itu.
Kami diam sejenak, lalu aku mulaipembicaraan, "terima kasih ayah, kamu memberi sahabat kepada ku. Jadiaku tak perlu sedih lagi saat ditinggal pergi kamu nanti! Iya kan?."
Suamikumengangguk sambil melihat kepalaku tapi tak sedikitpun ia tersenyum danbertanya kenapa rambutku rontok, dia hanya mengatakan jangan salahmemakai shampo.
Dalam hatiku bertanya, "mengapa ia sangat cuek?"dan ia sudah tak memanjakanku lagi. Lalu dia berkata, "sudah malam,kita istirahat yuk!"
"Aku sholat isya dulu baru aku tidur", jawabku tenang.
Dalamsholat dan dalam tidur aku menangis. Ku hitung mundur waktu, kapan akuakan berbagi suami dengannya. Aku pun ikut sibuk mengurusi pernikahansuamiku.
Aku tak tahu kalau Desi orang Sabang juga. Sudahlah,ini mungkin takdirku. Aku ingin suamiku kembali seperti dulu, yangsangat memanjakan aku atas rasa sayang dan cintanya itu.
***
Malam sebelum hari pernikahan suamiku, aku menulis curahan hatiku di laptopku.
Dilaptop aku menulis saat-saat terakhirku melihat suamiku, aku marah padasuamiku yang telah menelantarkanku. Aku menangis melihat suamiku yangsedang tidur pulas, apa salahku? sampai ia berlaku sekejam itukepadaku. Akusave di mydocument yang bertitle "Aku Mencintaimu Suamiku."
Haripernikahan telah tiba, aku telah siap, tapi aku tak sanggup untukkeluar. Aku berdiri didekat jendela, aku melihat matahari, karenamungkin saja aku takkan bisa melihat sinarnya lagi. Aku berdiri sangatlama.. lalu suamiku yang telah siap dengan pakaian pengantinnya masukdan berbicara padaku.
"Apakah kamu sudah siap?"
Kuhapus airmata yang menetes diwajahku sambil berkata :
"Nantijika ia telah sah jadi istrimu, ketika kamu membawa ia masuk kedalamrumah ini, cucilah kakinya sebagaimana kamu mencuci kakiku dulu, laluketika kalian masuk ke dalam kamar pengantin bacakan do'a diubun-ubunnya sebagaimana yang kamu lakukan padaku dulu. Lalu setelahitu..", perkataanku terhenti karena tak sanggup aku meneruskanpembicaraan itu, aku ingin menagis meledak.
Tiba-tiba suamiku menjawab "Lalu apa Bunda?"
Aku kaget mendengar kata itu, yang tadinya aku menunduk seketika aku langsung menatapnya dengan mata yang berbinar-binar...
"Bisa kamu ulangi apa yang kamu ucapkan barusan?", pintaku tuk menyakini bahwa kuping ini tidak salah mendengar.
Diamengangguk dan berkata, "Baik bunda akan ayah ulangi, lalu apa bunda?",sambil ia mengelus wajah dan menghapus airmataku, dia agak sedikitmembungkuk karena dia sangat tinggi, aku hanya sedadanya saja.
Diatersenyum sambil berkata, "Kita liat saja nanti ya!". Dia memelukku danberkata, "bunda adalah wanita yang paling kuat yang ayah temui selainmama".
Kemudian ia mencium keningku, aku langsung memeluknyaerat dan berkata, "Ayah, apakah ini akan segera berakhir? Ayah kemanasaja? Mengapa Ayah berubah? Aku kangen sama Ayah? Aku kangen belaiankasih sayang Ayah? Aku kangen dengan manjanya Ayah? Aku kesepian Ayah?Dan satu hal lagi yang harus Ayah tau, bahwa aku tidak pernah berzinah!Dulu.. waktu awal kita pacaran, aku memang belum bisa melupakannya,setelah 4 bulan bersama Ayah baru bisa aku terima, jika yangdihadapanku itu adalah lelaki yang aku cari. Bukan berarti aku pernahberzina Ayah." Aku langsung bersujud di kakinya dan muncium kaki imamkusambil berkata, "Aku minta maaf Ayah, telah membuatmu susah".
Saat itu juga, diangkatnya badanku.. ia hanya menangis.
Iamemelukku sangat lama, 2 tahun aku menanti dirinya kembali. Tiba-tibaperutku sakit, ia menyadari bahwa ada yang tidak beres denganku dan iabertanya, "bunda baik-baik saja kan?" tanyanya dengan penuh khawatir.
Akupun menjawab, "bisa memeluk dan melihat kamu kembali seperti dulu itusudah mebuatku baik, Yah. Aku hanya tak bisa bicara sekarang". Karenadia akan menikah. Aku tak mau membuat dia khawatir. Dia harus khusyumenjalani acara prosesi akad nikah tersebut.
***
Setelah tiba dimasjid, ijab-qabul pun dimulai. Aku duduk diseberang suamiku.
Akumelihat suamiku duduk berdampingan dengan perempuan itu, membuat hatiini cemburu, ingin berteriak mengatakan, "Ayah jangan!!", tapi akuingat akan kondisiku.
Jantung ini berdebar kencang saatmendengar ijab-qabul tersebut. Begitu ijab-qabul selesai, aku menariknapas panjang. Tante Lia, tante yang baik itu, memelukku. Dalam hatiaku berusaha untuk menguatkan hati ini. Ya... aku kuat.
Taksanggup aku melihat mereka duduk bersanding dipelaminan. Orang-orangyang hadir di acara resepsi itu iba melihatku, mereka melihatku dengantatapan sangat aneh, mungkin melihat wajahku yang selalu tersenyum,tapi dibalik itu.. hatiku menangis.
Sampai dirumah, suamikulangsung masuk ke dalam rumah begitu saja. Tak mencuci kakinya. Akusangat heran dengan perilakunya. Apa iya, dia tidak suka denganpernikahan ini?
Sementara itu Desi disambut hangat di dalam keluarga suamiku, tak seperti aku dahulu, yang di musuhi.
Malamini aku tak bisa tidur, bagaimana bisa? Suamiku akan tidur denganperempuan yang sangat aku cemburui. Aku tak tahu apa yang sedang merekalakukan didalam sana.
Sepertiga malam pada saat aku ingin sholatlail aku keluar untuk berwudhu, lalu aku melihat ada lelaki yang miripsuamiku tidur disofa ruang tengah. Kudekati lalu kulihat. Masya Allah..suamiku tak tidur dengan wanita itu, ia ternyata tidur disofa, akududuk disofa itu sambil menghelus wajahnya yang lelah, tiba-tiba iamemegang tangan kiriku, tentu saja aku kaget.
"Kamu datang kesini, aku pun tahu", ia berkata seperti itu. Aku tersenyum danmegajaknya sholat lail. Setelah sholat lail ia berkata, "maafkan aku,aku tak boleh menyakitimu, kamu menderita karena ego nya aku. Besokkita pulang ke Jakarta, biar Desi pulang dengan mama, papa dan jugaadik-adikku"
Aku menatapnya dengan penuh keheranan. Tapi ialangsung mengajakku untuk istirahat. Saat tidur ia memelukku sangaterat. Aku tersenyum saja, sudah lama ini tidak terjadi. Ya Allah..apakah Engkau akan menyuruh malaikat maut untuk mengambil nyawakusekarang ini, karena aku telah merasakan kehadirannya saat ini. Tapi..masih bisakah engkau ijinkan aku untuk merasakan kehangatan darisuamiku yang telah hilang selama 2 tahun ini..
Suamiku berbisik, "Bunda kok kurus?"
Aku menangis dalam kebisuan. Pelukannya masih bisa aku rasakan.
Aku pun berkata, "Ayah kenapa tidak tidur dengan Desi?"
"Akukangen sama kamu Bunda, aku tak mau menyakitimu lagi. Kamu sudah seringterluka oleh sikapku yang egois." Dengan lembut suamiku menjawabseperti itu.
Lalu suamiku berkata, "Bun, ayah minta maaf telahmenelantarkan bunda.. Selama ayah di Sabang, ayah dengar kalau bundatidak tulus mencintai ayah, bunda seperti mengejar sesuatu, sepertimengejar harta ayah dan satu lagi.. ayah pernah melihat sms bundadengan mantan pacar bunda dimana isinya kalau bunda gak mau berbuat"seperti itu" dan tulisan seperti itu diberi tanda kutip ("sepertiitu"). Ayah ingin ngomong tapi takut bunda tersinggung dan ayahberpikir kalau bunda pernah tidur dengannya sebelum bunda bertemu ayah,terus ayah dimarahi oleh keluarga ayah karena ayah terlalu memanjakanbunda"
Hati ini sakit ketika difitnah oleh suamiku, ketika tidakada kepercayaan di dirinya, hanya karena omongan keluarganya yang tidakpernah melihat betapa tulusnya aku mencintai pasangan seumur hidupkuini.
Aku hanya menjawab, "Aku sudah ceritakan itu kan Yah. Akutidak pernah berzinah dan aku mencintaimu setulus hatiku, jika akuhanya mengejar hartamu, mengapa aku memilih kamu? Padahal banyak lelakiyang lebih mapan darimu waktu itu Yah. Jika aku hanya mengejar hartamu,aku tak mungkin setiap hari menangis karena menderita mencintaimu."
Entahaku harus bahagia atau aku harus sedih karena sahabatku sendiriandikamar pengantin itu. Malam itu, aku menyelesaikan masalahku dengansuamiku dan berusaha memaafkannya beserta sikap keluarganya juga.
Karena aku tak mau mati dalam hati yang penuh dengan rasa benci.
***
Keesokan harinya...
Ketikaaku ingin terbangun untuk mengambil wudhu, kepalaku pusing, rahimkusakit sekali.. aku mengalami pendarahan dan suamiku kaget bukan main,ia langsung menggendongku.
Aku pun dilarikan ke rumah sakit..
Dari kejauhan aku mendengar suara zikir suamiku..
Aku merasakan tanganku basah..
Ketika kubuka mata ini, kulihat wajah suamiku penuh dengan rasa kekhawatiran.
Ia menggenggam tanganku dengan erat.. Dan mengatakan, "Bunda, Ayah minta maaf..."
Berkali-kali ia mengucapkan hal itu. Dalam hatiku, apa ia tahu apa yang terjadi padaku?
Akuberkata dengan suara yang lirih, "Yah, bunda ingin pulang.. bunda inginbertemu kedua orang tua bunda, anterin bunda kesana ya, Yah.."
"Ayah jangan berubah lagi ya! Janji ya, Yah... !!! Bunda sayang banget sama Ayah."
Tiba-tibasaja kakiku sakit sangat sakit, sakitnya semakin keatas, kakiku sudahtak bisa bergerak lagi.. aku tak kuat lagi memegang tangan suamiku.Kulihat wajahnya yang tampan, berlinang air mata.
Sebelum mata ini tertutup, kulafazkan kalimat syahadat dan ditutup dengan kalimat tahlil.
Aku bahagia melihat suamiku punya pengganti diriku..
Aku bahagia selalu melayaninya dalam suka dan duka..
Menemaninya dalam ketika ia mengalami kesulitan dari kami pacaran sampai kami menikah.
Aku bahagia bersuamikan dia. Dia adalah nafasku.
UntukIbu mertuaku : "Maafkan aku telah hadir didalam kehidupan anakmu sampaiaku hidup didalam hati anakmu, ketahuilah Ma.. dari dulu aku selaluberdo'a agar Mama merestui hubungan kami. Mengapa engkau fitnah dirikudidepan suamiku, apa engkau punya buktinya Ma? Mengapa engkau sangatcemburu padaku Ma? Fikri tetap milikmu Ma, aku tak pernah menyuruhnyauntuk durhaka kepadamu, dari dulu aku selalu mengerti apa yang kamuinginkan dari anakmu, tapi mengapa kau benci diriku. Dengan Desi kausangat baik tetapi denganku menantumu kau bersikap sebaliknya."
***
Setelah ku buka laptop, kubaca curhatan istriku.
=====================================================
Ayah, mengapa keluargamu sangat membenciku?
Aku dihina oleh mereka ayah.
Mengapa mereka bisa baik terhadapku pada saat ada dirimu?
Pernahsuatu ketika aku bertemu Dian di jalan, aku menegurnya karena dia adikiparku tapi aku disambut dengan wajah ketidaksukaannya. Sangat terlihatAyah..
Tapi ketika engkau bersamaku, Dian sangat baik, sangatmanis dan ia memanggilku dengan panggilan yang sangat menghormatiku.Mengapa seperti itu ayah?
Aku tak bisa berbicara tentang ini padamu, karena aku tahu kamu pasti membela adikmu, tak ada gunanya Yah..
Aku diusir dari rumah sakit.
Aku tak boleh merawat suamiku.
Aku cemburu pada Desi yang sangat akrab dengan mertuaku.
Tiap hari ia datang ke rumah sakit bersama mertuaku.
Aku sangat marah..
Jika aku membicarakan hal ini pada suamiku, ia akan pasti membela Desi danibunya..
Aku tak mau sakit hati lagi.
Ya Allah kuatkan aku, maafkan aku..
Engkau Maha Adil..
Berilah keadilan ini padaku, Ya Allah..
Ayah sudah berubah, ayah sudah tak sayang lagi pada ku..
Aku berusaha untuk mandiri ayah, aku tak akan bermanja-manja lagi padamu..
Aku kuat ayah dalam kesakitan ini..
Lihatlah ayah, aku kuat walaupun penyakit kanker ini terus menyerangku..
Aku bisa melakukan ini semua sendiri ayah..
Besok suamiku akan menikah dengan perempuan itu.
Perempuan yang aku benci, yang aku cemburui.
Tapi aku tak boleh egois, ini untuk kebahagian keluarga suamiku.
Aku harus sadar diri.
Ayah, sebenarnya aku tak mau diduakan olehmu.
Mengapa harus Desi yang menjadi sahabatku?
Ayah.. aku masih tak rela.
Tapi aku harus ikhlas menerimanya.
Pagi nanti suamiku melangsungkan pernikahan keduanya.
Semoga saja aku masih punya waktu untuk melihatnya tersenyum untukku.
Aku ingin sekali merasakan kasih sayangnya yang terakhir.
Sebelum ajal ini menjemputku.
Ayah.. aku kangen ayah..
=====================================================
Dan kini aku telah membawamu ke orang tuamu, Bunda..
Aku akan mengunjungimu sebulan sekali bersama Desi di Pulau Kayu ini.
Aku akan selalu membawakanmu bunga mawar yang berwana pink yang mencerminkan keceriaan hatimu yang sakit tertusuk duri.
Bunda tetap cantik, selalu tersenyum disaat tidur.
Bunda akan selalu hidup dihati ayah.
Bunda.. Desi tak sepertimu, yang tidak pernah marah..
Desisangat berbeda denganmu, ia tak pernah membersihkan telingaku, rambutkutak pernah di creambathnya, kakiku pun tak pernah dicucinya.
Ayah menyesal telah menelantarkanmu selama 2 tahun, kamu sakit pun aku tak perduli, hidup dalam kesendirianmu..
Seandainya Ayah tak menelantarkan Bunda, mungkin ayah masih bisa tidur dengan belaian tangan Bunda yang halus.
Sekarang Ayah sadar, bahwa ayah sangat membutuhkan bunda..
Bunda, kamu wanita yang paling tegar yang pernah kutemui.
Aku menyesal telah asik dalam ke-egoanku..
Bunda.. maafkan aku.. Bunda tidur tetap manis. Senyum manjamu terlihat di tidurmu yang panjang.
Maafkanaku, tak bisa bersikap adil dan membahagiakanmu, aku selalu meng-iyakanapa kata ibuku, karena aku takut menjadi anak durhaka. Maafkan akuketika kau di fitnah oleh keluargaku, aku percaya begitu saja.
Apakah Bunda akan mendapat pengganti ayah di surga sana?
Apakah Bunda tetap menanti ayah disana? Tetap setia dialam sana?
Tunggulah Ayah disana Bunda..
Bisakan? Seperti Bunda menunggu ayah di sini.. Aku mohon..
Ayah Sayang Bunda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar